note : saya bukan plagiat! ini ff saya yang sudah di post di akun fb, terus saya posting ulang di blog pribadi saya ini. monggo dibaca... semoga sukaa~ ^^
***
suatu kisah itu sudah biasa jika
diawali dengan kebahagiaan, bukan?
lalu, apa yang kamu harapkan?
kebahagiaan terus sampai akhir?
munafik.
hidup dalam kebohongan itu lebih
menyakitkan daripada menghadapi kenyataan, tahu.
kita tak akan selamanya menjadi
anak-anak. ada masa yang akan merubah diri kita untuk menjadi lebih kuat.
mari lupakan rasa sakitmu sejenak,
hiruplah napas dalam-dalam dan katakan dengan penuh keyakinan,
"rasa sakit ini akan
menjadikanku lebih kuat. aku akan menghadapinya... dan tidak akan lari
lagi."
—
inilah kenyataan.
terjadi sekarang, menyakitkan, dan
sedang kamu jalani.
pagi yang berulang di musim salju.
aku jenuh.
pagi ini hanya sedikit berbeda
karena matahari belum tampak.
hari yang dingin jadi semakin
dingin.
hei, kapan kamu akan membuka matamu?
sampai kapan kamu akan membuatku
terus membenci orang itu?
apa kamu tahu, kalau aku kesepian?
tak satu pun dari mereka yang bisa
membuatku tersenyum.
dan aku jadi berpikir, kalau aku
teringat pada musim semi.
musim yang penuh kehangatan dan
kebahagiaan,
di mana aku masih bisa melihat
senyummu.
hyun joong menghela napas. dia
sedikit merasakan kecemasan setelah membaca dan mengartikan isi surat origami
bangau itu. bahkan sekarang ia memiliki rasa sesal dalam hatinya, kenapa ia
terus mengartikan deret tulisan kanji itu setiap hari? setiap makna yang
terkandung akan membuat sahabatnya—jinki, semakin menderita.
kepulan asap mengudara dari hembusan
napas hyun joong. ia melirik jinki yang duduk tepat di sampingnya. jinki
terdiam menatap tumpukan salju di depannya tanpa berkedip. hyun joong tahu,
dilihat dari sorot mata jinki, pria itu terlihat sedang bingung. tak tahu lagi
apa yang harus dia lakukan.
mereka berdua hanya duduk terdiam di
taman samping rumah sakit yang kini terlihat seperti rumah salju bertingkat.
ini sudah hampir mendekati natal, tidak lama lagi tahun akan berganti. tapi
kesuraman melingkupi mereka di tahun ini. hyun joong berdoa semoga hal buruk
ini akan berakhir sebelum tahun berganti nanti.
sebenarnya, karena suatu kejadian di
musim panas lalu, minho koma sampai saat ini. tepatnya kejadian itu terjadi
setelah turnamen yang klub baseball ikuti. kejadian itu adalah kecelakaan bus
yang rem nya tidak mau bekerja sebagaimana mestinya. saat itu mereka kebetulan
sedang berada di tempat kejadian. jinki yang tak bisa diam melihat hal itu
langsung menerjang kaca depan bus sembari memecahkannya dengan tongkat
baseball. tapi ia gagal menghentikan bus itu karena rem nya benar-benar rusak.
hyun joong yang selalu menyimpan rantai di dalam gitarnya segera bertindak
untuk menyelamatkan sahabatnya yang sudah terjebak. ia mencoba untuk
menghentikan bus itu dengan menariknya menggunakan rantai. ia di bantu oleh
jonghyun, key, taemin, juga minho. mereka jadi seperti melakukan permainan
tarik tambang. setelah berusaha sampai telapak mereka memar semua, beruntung
karena akhirnya bus itu bisa berhenti. hyun joong langsung berlari masuk ke
dalam bus untuk mengetahui bagaimana keadaan jinki. sedangkan key, jonghyun,
taemin dan minho yang masih belum beranjak dari tempatnya, terlambat menyadari
kalau ada mobil yang sedang melaju ke arah mereka lalu mengerem mendadak.
jonghyun dan key masih sempat untuk menyelamatkan diri, tapi tidak dengan minho
dan taemin. karena jarak yang sudah terlalu dekat, minho langsung memeluk
taemin, dan mereka tertabrak oleh mobil itu. sialnya lagi, mobil itu membanting
setir ke arah pertokoan. jadi tak terhindarkan lagi kalau taemin dan minho
terhimpit sampai kaca toko itu pecah.
jinki hanya terluka sedikit karena
pecahan kaca bus, begitu pula taemin yang sedikit memar dan berdarah. tapi
tidak begitu dengan minho yang langsung tak sadarkan diri.
karena kejadian itulah, ada bagian
dari hati taemin yang tidak bisa memaafkan jinki. seandainya jinki tidak
bertindak ceroboh dan menyeret mereka ke dalam masalah itu, tentulah minho
tidak koma sampai saat ini. setiap hari taemin menjenguk minho tanpa lelah, dan
setiap pagi ia selalu mengirim surat melalui origami bangau ke luar jendela
kamar rawat minho. dan ia tidak akan berhenti sampai seribu origami bangau,
kecuali kalau minho sadar dan kembali pulih. dia melakukannya berdasarkan
kepercayaan yang dianut masyarakat jepang. dan lagi, taemin sengaja menulis
surat menggunakan tulisan kanji agar jika ada orang yang menemukannya, tidak
akan bisa mengerti artinya. ini kan korea. jadi hal yang tidak biasa kalau ia
berbahasa menggunakan bahasa jepang (nihongo).
tanpa sepengetahuan taemin, jinki
dan hyun joong selalu memungut origami itu. dan karena jinki tidak mengerti
bahasa jepang, hyun joong menjadi penerjemah bahasa baginya. tapi, hingga saat
ini, isi semua surat itu hanyalah mengenai kerinduan taemin yang semakin dalam
terhadap minho—yang tak kunjung membuka matanya.
"jinki-ah..." well,
hyun joong memilih untuk membuka pembicaraan yang hampir beku seperti keadaan
sekitar mereka. "kamu harus mencoba untuk berbicara padanya lagi. siapa
tahu dia sudah berubah pikiran."
jinki mengurut keningnya. "aku
tak mengerti, joong... kenapa ini semua terjadi? terlalu tiba-tiba dan tidak
ada satu pun yang bisa menerimanya begitu saja—termasuk aku." katanya,
lalu menatap hyun joong dalam-dalam. "lihat aku. apa yang kamu lihat? apa
yang kamu rasakan? katakan padaku yang sebenarnya, joong."
hyun joong menampik jinki dengan
tumpukan kertas yang dibawanya, lalu bangkit. "ini bukan saatnya untuk
terpuruk! dia tunanganmu, bodoh! kamu harus bisa mengatasinya!"
jinki ingin mengakui kebenaran apa
yang dikatakan hyun joong. tapi seluruh tubuhnya tidak mau bergerak mengikuti
apa yang diinginkannya. ia hanya bisa mengangkat wajahnya sekali lagi pada hyun
joong. ia benar-benar telah putus asa.
"apa kamu menemukan perasaan
itu di mataku?" tanyanya.
hyun joong melihat mata itu; iris
matanya, jauh ke dalam bagaimana perasaan sahabatnya itu, dan kesimpulan yang
ia dapatkan adalah keraguan—tidak ada cinta di sana. hyun joong tahu hal itu
dari awal, bahwa jinki hanya bertunangan dengan taemin karena jinki begitu
menghormati orang tuanya dan tidak berani mengelak. bahkan jika wanita yang
menjadi pasangannya itu bukanlah orang yang ia cintai—juga bukan orang yang dia
benci. jinki memang tidak pernah menolak dengan apa yang diperintahkan orang
tuanya. ia terlalu patuh dan penurut, sungguh berbanding terbalik dengan hyun
joong.
karena tak mau menjawab pertanyaan
jinki, hyun joong mengeratkan genggaman tangannya, lalu mengambil gitarnya yang
masih tersandar di bangku. "jangan egois. bersikaplah lebih dewasa karena
semuanya sudah terjadi. kamu tidak bisa lari dan satu-satunya pilihan adalah
menghadapinya, jinki." katanya dan berlalu begitu saja meninggalkan jinki.
jadilah kuat, adalah kata-kata yang
selalu terselip di ujung setiap doa.
—
there is no such thing as innocence,
everybody is guilty for something.
"taemin..." key memanggil
nama itu, tapi sang pemilik nama tidak kunjung menengok untuk melihatnya.
tatapannya masih terlihat kosong dan berputus asa. ia duduk diam sambil
memegang bolpoin dan kertas.
key menghela napas. ini adalah
pemandangan biasa yang selalu ia lihat setiap hari. tak hentinya selalu seperti
itu. sebenarnya key sendiri jengah dan bosan melihat orang yang berputus asa.
tapi ia menahan diri untuk melihat seberapa kuat sahabatnya itu. key mengambil
sesuatu dalam tas kecilnya—beberapa lembar foto.
"taemin-ah, kamu tidak boleh
terus seperti ini." kata key sembari mendekati taemin, lalu berlutut di
depannya. memegang lembut kedua tangan kurus itu dan menatap dalam ke matanya
yang sayu.
"key..." tiba-tiba saja
air mata jatuh menuruni pipi taemin. dia tidak tahu mengapa dirinya terus
seperti ini. "untuk apa aku terus hidup? kenapa hal ini terjadi?"
key menyerahkan foto-foto itu pada
taemin. "apa kamu sedih?" taemin mengangguk, "kamu
bingung?" satu anggukan lagi, "dan marah?" dan ia mengangguk
lagi.
key tersenyum, manis dan tulus.
"...tidak apa kamu melakukannya. tapi hentikanlah sekarang. ini sudah lama
sekali. tidak ada orang yang tidak bersalah. setiap orang pasti punya
kesalahan. maafkanlah dirimu sendiri, maafkanlah mereka, dan terimalah hal-hal
buruk yang menimpamu."
taemin memandang foto-foto itu satu
persatu. di sana ada minho yang mengerutkan kening dan memegang gitar, di
sampingnya ada hyun joong yang mengajarkannya cara memegang gitar itu. lalu ada
minho yang sedang memakan beberapa makanan ringan di ruangan yang sama—ruang
seni musik. di sampingnya hyun joong terlihat sedang bad mood sambil memainkan
gitarnya. di foto satunya lagi terlihat hyun joong sedang tertidur di sofa
sedangkan minho sedang berusaha keras untuk memainkan satu chord gitar.
“minho...” taemin menyebut nama itu.
tapi percuma saja karena yang terbaring di ranjang tidak kunjung membuka
matanya. tidak mendengar suaranya.
“ini adalah usaha keras minho dua
minggu sebelum kita mengikuti turnamen. Dia ingin bisa bermain gitar dan
memutuskan untuk belajar dari hyun joong oppa. Aku tidak begitu yakin, tapi
kurasa penyebab ia ingin bisa bermain gitar adalah karenamu, taemin.” Jelas
key.
Setetes air mata taemin menetes ke
lembar foto itu. “kenapa ini terjadi saat aku sedang bahagia? Tuhan begitu
kejam... hey, key, apa menurutmu—”
“—jangan egois, taemin!” mata taemin
melebar mendengar bentakan key yang tiba-tiba. Key bangkit dan berjalan menuju
jendela. Ia menatap ke luar sana dari jendela yang tertutup, hembusan napasnya
membuat embun pada dinding kaca. “bersyukurlah, taemin-ah. aku bahkan tak bisa
merasakan kebahagiaaan karena aku menolaknya saat ia datang...” katanya,
tangannya menyentuh pita merah muda yang mengikat sebagian rambutnya.
Taemin mengerutkan kening tak
mengerti. “maksudmu?”
“huh...” key menghela napas, enggan
bercerita tentang hal yang lalu. “itu hanyalah masa lalu... memang aku
terlambat menyadarinya. Kemudian kuputuskan untuk melupakannya. Kamu tahu?
Kalau aku terus terpuruk dan putus asa, mungkin aku tak akan bisa bersamamu di
sini...”
“benarkah? Saat itu, apa yang kamu
lakukan?”
“hidup itu tak cukup mudah seperti
kamu yang cuma menginginkan untuk hidup.” Balas key mengaburkan pertanyaan
taemin. Jarinya menggambarkan sesuatu di dinding kaca yang berembun.
“kekejaman, keserakahan, pembunuhan, kecurangan, kekalahan, kegagalan,
keabadian, penghinaan... terjadi dimana-mana. selama kamu hidup, kamu harus
menghadapinya.”
Taemin terdiam, memikirkan kalimat
key yang terasa berputar-putar. “aku tak mengerti maksudmu.”
“memang, manusia itu mudah lupa
karena mereka lemah. Tapi karena itulah, aku di sini, taemin.” Key merapatkan
syal merah mudanya ke ujung dagu, “Aku tidak mau kamu mengalami kesalahan yang
sama sepertiku. Aku mau membantumu...” kata key lembut, kali ini tidak dengan
nada tinggi.
Meski key mengatakan hal itu tanpa
menatap mata taemin, entah kenapa... taemin merasa kalau key tulus,
perkataannya tidak dibuat-buat.
Karena itu, meminta maaf, memaafkan
dan melangkah maju adalah hal yang tak boleh dihindari.
Pintu geser ruangan itu terbuka. Key
dan taemin menoleh untuk melihat siapa yang datang. Ternyata hyun joong,
lengkap dengan gitarnya yang ia bawa di punggungnya.
“yo. Aku datang lagi.” sapanya pada
key dan taemin.
“selamat datangg...” balas taemin
sambil mengusap sisa-sisa air matanya. tanpa sadar, ia mengatakannya dengan
tersenyum. Dan hyun joong menyadarinya.
“sedang dalam mood yang bagus, hmm?”
tanya hyun joong sembari menarik kursi untuk duduk, lalu bersiap untuk memainkan
gitarnya. “kalau begitu, izinkan aku memainkan satu lagu. Sedikit mengganggu
ketenangan di sini tidak masalah, kan?” katanya lalu terkekeh pelan.
Key masih terpaku di tempatnya. Ia
tak mampu bergerak dan terus menatap hyun joong dalam kegugupannya. Dia tidak
tahu kenapa, tapi akhir-akhir ini dia selalu seperti itu jika bertemu hyun
joong.
“silakan. Sudah lama aku ingin
mendengar lagu oppa lagi.” balas taemin ramah. Kali ini dia merasa bebannya
sudah sedikit terangkat. Ini semua berkat key. “key? Kenapa diam terus di sana?
Ayo, kita dengarkan lagu oppa sama-sama...”
“a—aku...” key meremas ujung baju
hangatnya, “aku mau cari minum sebentar. Kubawakan untuk kalian juga.” Katanya
lalu tergesa-gesa untuk pergi keluar.
Taemin tidak begitu menyadari
perubahan sikap key, jadi dia tidak merasa ada yang aneh. Sedangkan hyun joong
hanya mengikuti dari ekor matanya sampai key pergi.
“ehemm... baiklah, aku mulai...”
katanya kemudian, dan mulai memetik satu demi satu senar gitarnya.
Aku benar-benar bodoh.
Tak melihat orang lain selain
dirimu.
Padahal kau mencintai orang lain.
Dan kau tidak tahu bagaimana
perasaanku yang seperti ini.
Aku tak akan mengisi harimu.
Aku tak akan berada di pikiranmu,
tetapi...
Hanya kau, aku hanya melihatmu.
Dan air mata tetap terjatuh.
Aku ingin melihat datangnya hari,
Dimana aku menahan luka setiap hari.
“aku mencintaimu”, kata-kata itu
hanya tertahan di mulutku
Sendirian, dan sekali lagi, menangis
untukmu.
Sendirian, dan sekali lagi,
merindukanmu.
Sayang, aku mencintaimu, aku
menunggu untukmu...
Hyun joong berhenti memainkan
gitarnya, lagunya belum selesai. Tapi ia telah melihat air mata taemin menetes,
jadi ia terpaksa menghentikannya.
“taemin-ah... ada apa? Kamu
menangis?”
“hah?” taemin malah bingung. Dia
mengusap pipinya, dan baru menyadari adanya air mata disana. Ia tertawa kecil.
“lagunya terlalu bagus, oppa. Itukah lagu yang dulu oppa buat?”
Hyun joong mengangguk. “dan aku baru
bisa menyanyikannya dengan lancar setelah latihan berbulan-bulan. Makanya aku
baru menyanyikannya di depanmu sekarang.” Jelasnya, taemin mengangguk mengerti.
Dalam hati hyun joong berkata bahwa lagu itu adalah lagu ciptaannya dan juga
minho.
“aku suka lagu itu. ahh... andai
oppa mau ikut audisi penyanyi, pasti oppa akan jadi terkenal.” Cerocos taemin.
“kamu terlalu berlebihan.” Jawab
hyun joong dengan ekspresi tidak suka. “aku Cuma mau menyanyi untuk orang yang
kusuka saja—dan beberapa pengecualian lain.”
Alis taemin bertaut, “jadi, ada
orang yang oppa sukai? Pelit sekali kalau oppa hanya bernyanyi untuk orang
tertentu saja.”
Hyun joong tersenyum, tidak tampak
gugup atau berusaha menutupinya. “nee, dulu. Tapi dia bilang kalau dirinya
bukanlah orang yang terikat dengan benang takdirku.”
“jadi, oppa merelakannya begitu
saja?”
“...seseorang pernah berkata, terkadang,
memang hal yang paling kamu inginkan adalah hal yang paling tidak bisa kamu
dapatkan. dan saat kamu menyadarinya, apakah seseorang yang kamu cintai ada
disampingmu untuk mengulurkan tangannya padamu? apakah ia ada untuk membantumu
melalui kesakitan dan keterpurukan? Jika jawabannya adalah tidak, maka,
bukan dialah orangnya.” Jawab hyun joong kalem. Taemin terkesima dibuatnya oleh
kata-kata itu.
“...nah, taemin, apa kamu mau
memaafkan orang yang selama ini kamu benci?”
—
Sebenarnya key tidak jadi untuk
membeli minuman, karena itu cuma alasannya untuk menghindari hyun joong saja.
sedari tadi dia bersandar pada dinding depan kamar rawat no. 101 itu. dan ia
mendengar lagu yang hyun joong nyanyikan. Hatinya terasa teriris. Terlebih lagi
dengan percakapan hyun joong dengan taemin. Dia benar-benar menyesal.
Hal yang paling ingin dilupakannya
ternyata tidak bisa ia lupakan. Sejujurnya ia masih mengharapkan hyun joong.
semenjak penolakan jonghyun terhadapnya, dia perlahan-lahan menyadari kalau
hyun joong adalah orang terbaik yang pernah ia kenal. Dan ia sudah
menyia-nyiakannya.
Sial. Sial. Sial.
Kenapa dia menangis di saat seperti
ini sih? Untung saja lorong di sana sepi, jadi tidak ada orang yang tahu kalau
dia menangis.
apa yang kamu harapkan?
kebahagiaan terus sampai akhir?
Key ingin berteriak dan menjawab,
“iya! Aku ingin merasakan kebahagiaan yang dulu kutolak!” tapi tidak bisa. Dia
pasti sudah gila.
Langkah kaki tergesa terdengar
menggema di lorong. Semakin mendekati tempat key berdiri. Ia segera menghapus
jejak air matanya. lalu datanglah seorang pria berkumis tebal berpakaian
lengkap seperti seorang penjaga rumah sakit.
“maaf nona, apakah anda mendengar
suara orang memainkan gitar di sekitar sini?” tanya pria itu pada key.
Key jadi gugup. Kenapa orang itu
harus memergokinya? Jika suara orang itu terdengar sampai dalam kamar, matilah
key. Hyun joong pasti tahu kalau key dari tadi tidak pergi keluar. Bagaimana
ini?
“nona?”
“eh—? ohh... ya... umm... tidak.”
Jawab key terbata-bata. Dia benar-benar gugup sekarang.
Pria berkumis tebal itu memicingkan
matanya, menatap key dari atas sampai bawah untuk memastikan bahwa ia tidak
berbohong. Sedikit curiga karena kegugupan key.
“baiklah, kalau nona mendengarnya,
segera lapor pada saya. Saya akan menangkap orang yang membuat gaduh rumah
sakit ini.”
Key hanya mengangguk.
Tepat sebelum pria itu beranjak,
pintu samping kamar rawat minho terbuka. Seorang nenek di atas kursi roda
mendatangi mereka.
“ada yang bisa saya bantu, nek?”
tanya pria itu setelah melepas topinya dan sedikit membungkukkan badannya.
“aku mau kamu menemukan bocah pemain
gitar itu...” kata nenek itu, dan key mulai berkeringat dingin. “lalu dia harus
menyanyi untuk kami.”
Pria berkumis itu hendak membantah
ucapan sang nenek, tapi sebelum ia berbicara, seorang pasien lelaki berumur 10
tahunan menyahut, “temukan kakak itu lalu dia harus menyanyi untuk kami! Ibuku
menyukainya.”
Key sedikit bingung dengan situasi
ini. saat itulah pintu ruang 101 terbuka dan kepala hyun joong menyembul dari
balik pintu.
“ada ribut-ribut apa ini?” tanyanya
heran.
Lalu si pria berkumis menjelaskan
apa yang terjadi pada hyun joong. tak disangka beberapa pasien sudah berkerumun
di sekitar mereka.
Hyun joong mengangguk mengerti, lalu
kembali masuk ke dalam, dan beberapa detik kemudian ia keluar sembari membawa
gitarnya.
“lalu, aku harus menyanyi di mana?”
Semua pasien, mulai dari
nenek-nenek, kakek-kakek, bocah kecil dan orang dewasa bersorak menyambutnya.
Sedangkan si pria berkumis terlihat salah tingkah.
“tunggu apa lagi? hey pak tua,
pasien menunggu hyun joong oppa untuk bernyanyi. Sediakan tempat untuknya, kamu
mengerti?” kata key yang disambut sorakan dari pasien-pasien di sana.
Singkat cerita, hyun joong jadi
penghibur(?) orang-orang di rumah sakit itu. dia selalu menyempatkan diri untuk
menyanyi bersama mereka. Lagu-lagu ciptaannya kini disenangi seluruh penghuni
rumah sakit. Bahkan para perawat di sana menggandrungi ‘konser’ kecil-kecilannya.
Kehadirannya selalu ditunggu-tunggu.
Well, inilah perjalanan baru dalam hidup hyun joong...
—
Bersambung . . .
0 komentar:
Posting Komentar