chara : SHINee member, Kim Hyun Joong
genre : family, friendship, switchgender
note : taemin dan key di sini berubah gender jadi yeoja :v
note : taemin dan key di sini berubah gender jadi yeoja :v
—
seuntai benang terjatuh ke tanah.
satu cerita baru akan dimulai bersamaan dengan bunga-bunga yang berguguran.
bunga-bunga berkata, dua ujung benang itu akan menunjukkan siapa yang akan
terikat...
dalam satu takdir.
—
bunga sakura berguguran ke tanah
yang basah. ini musim semi, dan taemin tidak bisa berhenti untuk terus
tersenyum. sekali lagi dia mendongak menatap langit biru di atas sana. hatinya
terus berdebar dan pipinya dihiasi rona merah. ohmy, sebenarnya apa
yang sedang ia pikirkan saat ini?
"taemin-ah!"
ia menoleh. seorang pria tinggi
dengan senyum menawan menghampirinya. pria itu baru saja keluar dari sebuah
kafe kecil di pinggir jalan. choi minho. senior taemin di sekolahnya. tampan,
baik, ramah, dan mempunyai hobi bermain baseball. tidak heran kalau banyak
cewek di sekolah yang mengidolakannya.
taemin tersenyum. ia terlihat
bahagia. tentu saja, ia merasa beruntung bisa dekat dengan minho. satu alasan
cukup menjadi penyebabnya. taemin mengikuti klub baseball. bukan hal yang aneh
sih, tapi itu luar biasa banget. karena dalam klub baseball di sekolahnya,
tidak sembarang cewek berani mengikuti klub itu.
"aku terlambat ya?" tanya
minho saat melihat jam tangannya menunjukkan pukul 7:15. itu artinya taemin
sudah menunggu 15 menit lamanya.
"kamu mau kuhukum
bagaimana?" balas taemin—yang tiba-tiba berubah ketus sambil merampas crepes
di tangan minho.
"hei, itu punyaku!" minho
mencoba merebut kembali crepes rasa pisangnya. taemin segera menjauhkan
dari jangkauannya setelah mencoba rasanya segigit.
"enaaak~" kata taemin
sengaja mengejek dengan ekspresi yang dibuat-buat. Menanggapi ejekan taemin,
minho memiliki ide jahil untuk melancarkan 'serangannya', yaitu menggelitik
taemin. tapi ia kalah cepat karena taemin sudah membaca pergerakan minho.
tangan taemin menggenggam tangan minho yang tinggal sejengkal lagi menyentuh
baju taemin.
"kembalikan!"
"nggak akan." taemin
menjulurkan lidahnya. "kamu bohong. ini memang buatku, kan? kalau bukan,
kenapa perlu menyembunyikan mocca cracker di tasmu?"
minho menghela napas. "oke,
oke, aku kalah." katanya. ia mengambil crepes mocca cracker dari
tasnya. yang satu ini memang rasa kesukaan minho. sepertinya minho memang tidak
bisa menyembunyikan makanan dari taemin. penciumannya memang tajam.
"ayo, jangan sampai kena sembur
naga marah." taemin melangkah pergi mendahului minho.
"yups. apinya berbahaya."
minho tertawa lalu mengikuti taemin. dari belakangnya, minho memperhatikan
taemin diam-diam. rambut hitam taemin yang tergerai dan disapu angin, serta
caranya memakan crepes terlihat begitu mempesona bagi minho. entah sudah
berapa lama minho merasakan hal ini. dia sudah lupa kapan pertama kali ia
merasakannya. yang jelas, tahu-tahu, dia telah...
terluka. sebegitu dalamnya.
berapa persen aku akan bertahan
dalam hatinya?
“aku ini memang pengecut.”
—
yang mereka maksud naga marah
pasti, tidak lain dan tidak bukan adalah lee jinki. kapten tim baseball mereka
yang begitu mengerikan. tidak pandang bulu entah itu cewek atau cowok semua
akan dibasmi jika tidak menuruti perintahnya. itu jugalah yang menjadi salah
satu penyebab kenapa klub baseball begitu dijauhi para cewek. lebih baik tidak
cari mati deh kalau dengan lee jinki.
tapi sial. begitu taemin dan minho
telah sampai di sekolah, semua anggota klub sedang berlari mengelilingi
lapangan. itu berarti latihan telah dimulai (meski baru pemanasan). dan...
mereka akan menghadapi—
"hei! dua manusia di
sana!"
taemin dan minho yang sedang
mengendap-endap ke ruang ganti jadi berhenti. mereka takut-takut menoleh.
"sini! ke arah sini!"
minho tersenyum lega. "ternyata
kamu, hyun joong hyung... kupikir siapa."
pria bernama kim hyun joong itu menyuruh
mereka untuk berganti di toilet pria, sebab untuk menuju kamar ganti yang
berada di pojok lapangan tidak memungkinkan. percuma saja mengendap-endap
karena jinki akan segera mengetahuinya. dengan terpaksa taemin memasuki toilet
pria. habis tau-tau minho menarik tangannya begitu saja. dan entah kenapa, kali
ini ia tidak bisa mengelak.
hyun joong berjaga-jaga di depan
toilet kalau-kalau ada sesuatu. dia menggenjreng gitarnya di sana sambil
menyanyikan satu lagu buatannya yang belum jadi. kim hyun joong adalah sahabat
jinki. mereka berada di tingkatan yang sama dan berada di klub baseball yang
sama pula. karena itu, sudah menjadi hal biasa kalau ia menyelamatkan
junior-junior dari amukan jinki. selama ini belum pernah ketahuan, sih. semoga
saja terus begitu.
"hyun joong oppa? sedang apa
kok nyanyi di depan toilet pria?"
hyun joong berhenti menyanyi. dia
mengamati cewek di depannya yang terlihat kelelahan. kim key namanya, murid
seangkatan minho dan taemin, kelas 2-D. rambut panjang yang dikuncir seadanya
dan keringat yang membasahi seluruh tubuhnya tidak menjadikan kecantikan key
berkurang. setidaknya itulah yang ada di pikiran hyun joong sekarang.
"...oppa?" key mengerutkan
keningnya bingung karena hyun joong tak kunjung menjawab pertanyaannya.
"inspirasi bisa datang di mana
saja, bukan?" hyun joong terkekeh ringan. "bagaimana dengan amukan
naga? sepertinya kamu selamat."
"gwenchana..." key
tersenyum dan saat itu hyun joong tak bisa mengalihkan pandangannya. tapi hyun
joong tahu ia tak bisa berharap lebih, karena— "...jonghyun ada di sana.
dia peduli padaku. yah, setidaknya... aku tidak menjalani hukuman sendiri.
karena jonghyun menemaniku. mengelilingi sekolah ini tujuh kali sama sekali
tidak terasa. oh ya, masih ada satu hukuman lagi, aku belum membersihkan
seluruh toilet."
"tch. masa muda memang penuh
kenangan indah. dasar wanita." ujar hyun joong. tersirat rasa iri di sana.
"sudah, sana lanjutkan hukumanmu. selamat berjuang."
key cemberut. elakannya percuma
karena rona merah sudah menghiasi pipinya. ia tak mengira kalau hyun joong tahu
ia menyukai jonghyun. "secara tidak langsung oppa mengusirku, ne? ara, nan
arasso.."
hyun joong memasang tampang datar
saja menanggapi perkataan key. "bisa dikatakan seperti itu."
"tch." key segera
berbalik. berpura-pura bersikap ketus. menyimpan pertanyaan yang enggan ia
tanyakan. kenapa hyun joong bisa tahu dia menyukai jonghyun?
bahkan sekarang sapaanmu pun telah
berbeda maknanya. kamu benar-benar telah berubah.
setelah key pergi, hyun joong
kembali melanjutkan bait lagu buatannya. tiba-tiba saja dia mendapatkan
kata-kata baru untuk dinyanyikan. dia memejamkan matanya untuk mencari
ketenangan, lalu menyanyikannya perlahan.
"aku benar-benar sangat bodoh..
meskipun kau masih tak mengetahui bagaimana perasaanku.. aku harus menghentikan
perasaan ini dan pergi diam-diam."
"wow... lagunya keren."
hyun joong segera membuka kedua
matanya. konsentrasinya buyar sudah. taemin dan minho berada di depannya, sudah
berganti pakaian. seragam baseball sekolah mereka.
taemin mengedipkan matanya yang
berbinar-binar. "lagu baru ne, oppa?"
"yah... begitulah. masih belum
jadi sih." jawab hyun joong sekenanya.
“kalau sudah jadi, aku ingin dengar
ya!”
minho tertawa satanis. "aku
paham bagaimana situasinya, hyun joong hyung. kamu... dan key..."
"situasi apa?" tanya
taemin bingung. bukannya menjawab, minho malah merangkul hyun joong dengan gaya
sok akrab.
sambil melambaikan tangan dengan
ekspresi setengah meledek, minho berkata, "gadis desa tidak mengerti hal
seperti ini. ini bahasa tingkat tinggi."
"mwo? jadi kamu bilang aku ini
bodoh?" taemin bersiap hendak meninju minho. "heh, asal kamu tahu
saja ya. tidak ada yang lebih bodoh dari kodok bermain baseball." balasnya
sengit.
"mwoyaa~? kamu bilang apa?
nggak dengar..." balas minho sambil menutup kedua telinganya.
"tch. seharusnya kamu belajar
dari hyun joong oppa. dia baik, keren, dan bisa bermain gitar. tidak sepertimu
yang bodoh dan payah, kodok jelek!"
"ada yang sedang berbicarakah,
hyunjoong hyung? kenapa aku tidak melihat wujudnya?" ujar minho lagi
dengan ekspresi yang sumpah, membuat taemin begitu kesal.
"terserahlah! lakukan
sesukamu!" taemin menghentakkan kakinya dengan kesal dan berlalu begitu
saja mengabaikan minho.
selepas ia pergi, minho langsung
menghadang hyun joong.
"hyung... tolong ajarkan aku
bermain gitar. ya? ya?"
hyun joong melirik sekilas taemin
yang sudah jauh pergi, lalu menghela napas. "dasar." katanya datar.
alisnya berkerut. mungkin ia tak habis pikir mengapa minho perlu berbohong
seperti itu, atau karena ia mengerti perasaan minho.
"please, hyung... dan, oh ya,
hyung mau membuat lagu baru, kan? boleh aku bantu? aku sedikit-sedikit bisa lho
membuat puisi. bahkan sepertinya itu adalah bakat terpendamku." cerocos
minho sambil mengatupkan kedua tangannya. "please, hyung? katakan 'ya',
hmm? hmm?"
"tsk. apa boleh buat."
minho ingin sekali melonjak-lonjak
kegirangan, tapi ia urungkan niatnya itu. nanti dia malah terlihat seperti
kodok betulan—atau mungkin jadi-jadian. dia tidak mau kalau taemin melihatnya
dan semakin mengejeknya habis-habisan. persetan deh dengan semua itu. yang
penting mulai sekarang minho akan melakukan training spesial dari kim
hyun joong. (re: gratis).
"mencintai dan dicintai,
tersenyum pada dia, ataupun bertengkar..." hyun joong bergumam pelan,
"aku bahkan tidak bisa melakukan itu."
"apa? hyung mengatakan
sesuatu?"
"tidak. bukan apa-apa."
sekali lagi, sendirian, aku
kehilanganmu.
"kalau begitu, aku duluan,
hyung. doakan semoga aku selamat. hahaha. sampai nanti!" minho menepuk
bahu hyun joong dan segera berlari menuju lapangan. bergabung dengan anggota
klub baseball lainnya untuk berlatih karena mereka akan menghadapi turnamen dua
minggu lagi.
hyun joong tidak menjawab. ia
menatap tanah tanpa berkedip. tiba-tiba saja, kenangan yang lalu ia ingat
kembali...
"oppa, percaya tidak pada
benang takdir yang tak terlihat?"
tapi suara itu kini terdengar
menyakitkan.
—flashback.
musim hujan setahun yang lalu. hyun
joong masih berada di tingkat 2 dan masih menjadi anggota aktif klub baseball.
Pertama kalinya ia mengenal seorang junior baru dan cewek di klub baseball. kim
key, ialah satu-satunya orang selain jinki yang menghargai lagu-lagu buatan
hyun joong. pertama kalinya ada orang yang berkata;
"lagu yang indah. buatan oppa
sendiri?" dan hyun joong mengangguk. "aku suka. kapan-kapan buatkan
satu untukku, ya.."
ia sadar, saat itu, perlahan-lahan...
ia mulai menyukainya...
selama ini tidak ada yang pernah mau
menghargai karyanya. tidak ada yang suka kalau hyun joong bermain gitar.
orangtua, teman-teman, guru... siapa pun. bahkan hyun joong sampai pernah
dikeluarkan dari sekolahnya karena nilainya menurun drastis semenjak dia
membeli gitar dengan uang tabungan hasil kerja part-timenya. hyun joong terlalu
menyukai gitar. karena alasan tertentu, benda itu bisa sejenak mengusir
kesepiannya.
seusai latihan baseball, kalau
biasanya jinki hanya duduk diam di samping hyun joong sambil mendengarkannya
berlatih gitar atau membuat satu-dua lagu, tidak begitu dengan key. ia terus
duduk di depan hyun joong sambil menatapnya dengan mata yang terkagum-kagum.
meski jinki terlihat diam saja, dia
peduli pada hyun joong. pernah suatu kali jinki melemparkan senyum pada hyun
joong, yang bermakna; "jalan yang kamu pilih tidak salah, bukan?"
diam-diam, hyun joong mulai menyukai
key. tapi sepertinya itu tidak berlaku pula bagi key. karena ketika hyun joong
hendak menyatakan perasaannya, key terlebih dahulu menahan ucapan hyun joong.
"oppa, percaya tidak pada
benang takdir yang tak terlihat?" tanya key tiba-tiba.
hyun joong gugup. "eh?
be—benang takdir?"
"mmm," key mengangguk.
hyun joong menggelengkan kepalanya.
"aku... tidak tahu tentang hal seperti itu."
key tersenyum. tangannya melepaskan
satu pita yang terikat di rambutnya, maka tergerailah rambutnya yang panjang.
pita berwarna merah muda itu ia berikan pada hyun joong.
"kalau begitu, mulai sekarang,
simpan ini baik-baik. kelak, gadis yang menemukan pita inilah yang pantas untuk
menerima hatimu."
hyun joong mengeratkan genggaman
tangannya. "tapi..."
"bukan." potong key
segera. "bukan aku orangnya, oppa.” lalu key tersenyum begitu manis.
“tapi, gomawo..."
belum sampai di situ rasa sakit hyun
joong. karena di hari berikutnya, hujan datang membawa kabar menyakitkan
baginya...
seperti biasa, hyun joong mencari
tempat menyendiri untuk mencari inspirasi membuat lagu. kali ini dia memilih
tempat di belakang gedung sebelah utara. suasananya cukup bagus di temani
rimbun pepohonan di sana. dan sepertinya cuaca mendung. tapi ia tidak peduli.
meskipun nanti akan turun hujan, ia ingin tetap bermain gitar.
hyun joong duduk bersandar pada
tembok di bawah jendela kelas. tapi saat hendak memulai permainannya, ia
mendengar sesuatu dari dalam kelas.
"kim jonghyun... aku
menyukaimu!"
hyun joong membelalakkan matanya. ia
yakin benar bahwa itu adalah suara seseorang yang dikenalnya. seseorang... yang
pernah singgah di hatinya. hingga saat ini.
terdengar jeda dan sunyi beberapa
saat.
"...kamu tampan, kuat, juga
baik hati. aku... kim key—menyukaimu!"
tak usah ditanyakan bagaimana
remuknya hati hyun joong saat ini.
"...maaf... key... tapi, aku
suka orang lain. dan itu... bukan kamu."
hujan rintik-rintik mulai turun
membasahi bumi. setelah itu, tidak terdengar lagi suara key dan jonghyun. hyun
joong hanya tinggal seorang diri. ditemani hujan yang turun semakin deras.
aku menahan luka di setiap hari yang
berlalu. sendiri, dan sekali lagi, menangis untukmu.
pita berwarna merah muda itu ia
genggam erat-erat.
—flashback end.
hyun joong merogoh sakunya dan
mengeluarkan pita berwarna merah muda. pita yang selalu dibawanya kemana saja
ia pergi. ia menatap pita itu sejenak. kemudian tanpa berkata apa-apa lagi, ia
berjalan menuju tempat pembakaran sampah yang berada tepat di belakang toilet.
ia membuang pita itu ke dalam api yang sedang menyala-nyala.
"mianhae... tapi aku tak mau,
kalau itu bukan kamu." bisiknya lirih. ia merasa telah menjadi orang yang
bodoh. tidak menuruti perkataan seseorang yang dicintainya. tapi inilah jalan
yang dipilihnya. bukankah, jinki pernah berkata, kalau jalan yang dipilihnya
tidak salah? hyun joong ingin mempercayainya. sekali lagi. hanya sekali lagi
saja.
"hohohoho... wahai bocah muda
yang di sana!"
hyun joong berbalik mencari arah
datangnya suara. seorang kakek-kakek tua berdiri tepat di depannya sana.
membawa sapu ijuk besar yang digunakan untuk tonggak ia berdiri.
"kakek tua ini mengerti jika
kamu sedang g-a-l-a-u!" katanya dengan suara beratnya lalu kembali
tertawa. renyah dan tak tampak rasa sakit di sana. hyun joong mendekati kakek
tua itu. beliau adalah kakek penjaga sekolah yang bertanggung jawab dalam hal
kebersihan di lingkungan sekolah ini. kakek tua lucu yang tidak sembarang murid
bisa bertemu dengannya. kabar miring yang beredar bahwa beliau adalah jin yang
misterius. tapi sumpah, hyun joong tidak mempercayai semua omong kosong itu.
"bagaimana... kakek bisa
tahu?" hyun joong memasang wajah penasarannya.
kakek itu mengelus janggut putihnya
yang panjang sambil tertawa lagi. "itu memang sudah menjadi warna di masa
muda. kakek yang sudah lebih dari setengah abad hidup ini tentu saja mengerti.
hanya dengan melihat punggungmu yang kesepian itu, pastilah terjadi sesuatu
yang menyedihkan."
"whoah, kakek benar!" hyun
joong tersenyum lebar sambil bertepuk tangan. "jadi, apa kakek tahu obat
untuk kesepianku apa?"
sang kakek duduk di tembok bangku
panjang yang terdapat di belakangnya. pelan-pelan hingga tulang punggungnya
tidak begitu terasa sakit. hyun joong yang sedang ingin mendapatkan petuah,
berlutut di depan kakek. matanya memancar lembut dan penuh perhatian pada sang kakek.
"hah..." sang kakek
menghela napas. "sebenarnya, obatnya terdapat pada dirimu sendiri, nak.
apa kamu menyadarinya?"
hyun joong menggeleng dengan
polosnya.
"...seperti yang kamu rasakan,
rasa sakit dan kesepian itu tak ada ujungnya. jika kamu memilih untuk terus
berbohong pada dirimu—pada hatimu, artinya selamanya kamu menyiksa dirimu
sendiri, dan kamu tidak boleh seperti itu. karena Tuhan tidak suka pada mereka
yang menyiksa dirinya sendiri..." kata kakek itu lagi dengan suaranya yang
rendah, pelan dan mendalam bagi hyun joong, "terkadang, memang hal yang
paling kamu inginkan adalah hal yang paling tidak bisa kamu dapatkan. dan saat
kamu menyadarinya, apakah seseorang yang kamu cintai ada disampingmu untuk
mengulurkan tangannya padamu? apakah ia ada untuk membantumu melalui kesakitan
dan keterpurukan?"
sekali lagi hyun joong menggeleng.
lalu ia menunduk, dalam hati mengakui kebenaran perkataan sang kakek.
"...maka, bukan dialah
orangnya."
saat itu angin berhembus lebih
kencang, membuat dedaunan bergemerisik bersahut-sahutan, lalu beberapa daun
rontok dari rantingnya. ujung api yang sedang menyala bergerak mengikuti arah
angin. didalamnya pita itu telah terbakar hangus, sudah menjadi abu.
"obatnya adalah untuk merelakan,
membuang benci dan ikatan, dan selalu mengatakan berulang kali bahwa dirimu
akan bahagia saat ia tersenyum... seberapa banyak ia mengkhianatimu, seberapa
banyak ia membuat hatimu sakit, itu semua hanya akan mengusikmu sementara
seperti sebuah daun yang tiba-tiba jatuh dan menyentuhmu—jika kamu telah
melakukan penyembuhan untuk dirimu sendiri, tentunya. karena, kamu harus
menjadi lebih kuat."
satu hal lagi yang kusadari,
jika itu untukmu, aku tak keberatan
jika harus terkunci di jaring keabadian.
—
bersambung.
0 komentar:
Posting Komentar