Kamis, 26 Februari 2015

Endless Tears 1 : Perasaan Yang Tersesat

Diposting oleh Viriza Rara di 15.09
chara : SHINee member, Kim Hyun Joong
genre : family, friendship, switchgender
note : taemin dan key di sini berubah gender jadi yeoja :v 


seuntai benang terjatuh ke tanah. satu cerita baru akan dimulai bersamaan dengan bunga-bunga yang berguguran. bunga-bunga berkata, dua ujung benang itu akan menunjukkan siapa yang akan terikat...


dalam satu takdir.


bunga sakura berguguran ke tanah yang basah. ini musim semi, dan taemin tidak bisa berhenti untuk terus tersenyum. sekali lagi dia mendongak menatap langit biru di atas sana. hatinya terus berdebar dan pipinya dihiasi rona merah. ohmy, sebenarnya apa yang sedang ia pikirkan saat ini?


"taemin-ah!"

ia menoleh. seorang pria tinggi dengan senyum menawan menghampirinya. pria itu baru saja keluar dari sebuah kafe kecil di pinggir jalan. choi minho. senior taemin di sekolahnya. tampan, baik, ramah, dan mempunyai hobi bermain baseball. tidak heran kalau banyak cewek di sekolah yang mengidolakannya.

taemin tersenyum. ia terlihat bahagia. tentu saja, ia merasa beruntung bisa dekat dengan minho. satu alasan cukup menjadi penyebabnya. taemin mengikuti klub baseball. bukan hal yang aneh sih, tapi itu luar biasa banget. karena dalam klub baseball di sekolahnya, tidak sembarang cewek berani mengikuti klub itu.

"aku terlambat ya?" tanya minho saat melihat jam tangannya menunjukkan pukul 7:15. itu artinya taemin sudah menunggu 15 menit lamanya.

"kamu mau kuhukum bagaimana?" balas taemin—yang tiba-tiba berubah ketus sambil merampas crepes di tangan minho.

"hei, itu punyaku!" minho mencoba merebut kembali crepes rasa pisangnya. taemin segera menjauhkan dari jangkauannya setelah mencoba rasanya segigit.

"enaaak~" kata taemin sengaja mengejek dengan ekspresi yang dibuat-buat. Menanggapi ejekan taemin, minho memiliki ide jahil untuk melancarkan 'serangannya', yaitu menggelitik taemin. tapi ia kalah cepat karena taemin sudah membaca pergerakan minho. tangan taemin menggenggam tangan minho yang tinggal sejengkal lagi menyentuh baju taemin.

"kembalikan!"

"nggak akan." taemin menjulurkan lidahnya. "kamu bohong. ini memang buatku, kan? kalau bukan, kenapa perlu menyembunyikan mocca cracker di tasmu?"

minho menghela napas. "oke, oke, aku kalah." katanya. ia mengambil crepes mocca cracker dari tasnya. yang satu ini memang rasa kesukaan minho. sepertinya minho memang tidak bisa menyembunyikan makanan dari taemin. penciumannya memang tajam.

"ayo, jangan sampai kena sembur naga marah." taemin melangkah pergi mendahului minho.

"yups. apinya berbahaya." minho tertawa lalu mengikuti taemin. dari belakangnya, minho memperhatikan taemin diam-diam. rambut hitam taemin yang tergerai dan disapu angin, serta caranya memakan crepes terlihat begitu mempesona bagi minho. entah sudah berapa lama minho merasakan hal ini. dia sudah lupa kapan pertama kali ia merasakannya. yang jelas, tahu-tahu, dia telah...


terluka. sebegitu dalamnya.

berapa persen aku akan bertahan dalam hatinya?

“aku ini memang pengecut.”


yang mereka maksud naga marah pasti, tidak lain dan tidak bukan adalah lee jinki. kapten tim baseball mereka yang begitu mengerikan. tidak pandang bulu entah itu cewek atau cowok semua akan dibasmi jika tidak menuruti perintahnya. itu jugalah yang menjadi salah satu penyebab kenapa klub baseball begitu dijauhi para cewek. lebih baik tidak cari mati deh kalau dengan lee jinki.

tapi sial. begitu taemin dan minho telah sampai di sekolah, semua anggota klub sedang berlari mengelilingi lapangan. itu berarti latihan telah dimulai (meski baru pemanasan). dan... mereka akan menghadapi—

"hei! dua manusia di sana!"

taemin dan minho yang sedang mengendap-endap ke ruang ganti jadi berhenti. mereka takut-takut menoleh.

"sini! ke arah sini!"

minho tersenyum lega. "ternyata kamu, hyun joong hyung... kupikir siapa."

pria bernama kim hyun joong itu menyuruh mereka untuk berganti di toilet pria, sebab untuk menuju kamar ganti yang berada di pojok lapangan tidak memungkinkan. percuma saja mengendap-endap karena jinki akan segera mengetahuinya. dengan terpaksa taemin memasuki toilet pria. habis tau-tau minho menarik tangannya begitu saja. dan entah kenapa, kali ini ia tidak bisa mengelak.

hyun joong berjaga-jaga di depan toilet kalau-kalau ada sesuatu. dia menggenjreng gitarnya di sana sambil menyanyikan satu lagu buatannya yang belum jadi. kim hyun joong adalah sahabat jinki. mereka berada di tingkatan yang sama dan berada di klub baseball yang sama pula. karena itu, sudah menjadi hal biasa kalau ia menyelamatkan junior-junior dari amukan jinki. selama ini belum pernah ketahuan, sih. semoga saja terus begitu.

"hyun joong oppa? sedang apa kok nyanyi di depan toilet pria?"

hyun joong berhenti menyanyi. dia mengamati cewek di depannya yang terlihat kelelahan. kim key namanya, murid seangkatan minho dan taemin, kelas 2-D. rambut panjang yang dikuncir seadanya dan keringat yang membasahi seluruh tubuhnya tidak menjadikan kecantikan key berkurang. setidaknya itulah yang ada di pikiran hyun joong sekarang.

"...oppa?" key mengerutkan keningnya bingung karena hyun joong tak kunjung menjawab pertanyaannya.

"inspirasi bisa datang di mana saja, bukan?" hyun joong terkekeh ringan. "bagaimana dengan amukan naga? sepertinya kamu selamat."

"gwenchana..." key tersenyum dan saat itu hyun joong tak bisa mengalihkan pandangannya. tapi hyun joong tahu ia tak bisa berharap lebih, karena— "...jonghyun ada di sana. dia peduli padaku. yah, setidaknya... aku tidak menjalani hukuman sendiri. karena jonghyun menemaniku. mengelilingi sekolah ini tujuh kali sama sekali tidak terasa. oh ya, masih ada satu hukuman lagi, aku belum membersihkan seluruh toilet."

"tch. masa muda memang penuh kenangan indah. dasar wanita." ujar hyun joong. tersirat rasa iri di sana. "sudah, sana lanjutkan hukumanmu. selamat berjuang."

key cemberut. elakannya percuma karena rona merah sudah menghiasi pipinya. ia tak mengira kalau hyun joong tahu ia menyukai jonghyun. "secara tidak langsung oppa mengusirku, ne? ara, nan arasso.."

hyun joong memasang tampang datar saja menanggapi perkataan key. "bisa dikatakan seperti itu."

"tch." key segera berbalik. berpura-pura bersikap ketus. menyimpan pertanyaan yang enggan ia tanyakan. kenapa hyun joong bisa tahu dia menyukai jonghyun?

bahkan sekarang sapaanmu pun telah berbeda maknanya. kamu benar-benar telah berubah.

setelah key pergi, hyun joong kembali melanjutkan bait lagu buatannya. tiba-tiba saja dia mendapatkan kata-kata baru untuk dinyanyikan. dia memejamkan matanya untuk mencari ketenangan, lalu menyanyikannya perlahan.

"aku benar-benar sangat bodoh.. meskipun kau masih tak mengetahui bagaimana perasaanku.. aku harus menghentikan perasaan ini dan pergi diam-diam."

"wow... lagunya keren."

hyun joong segera membuka kedua matanya. konsentrasinya buyar sudah. taemin dan minho berada di depannya, sudah berganti pakaian. seragam baseball sekolah mereka.

taemin mengedipkan matanya yang berbinar-binar. "lagu baru ne, oppa?"

"yah... begitulah. masih belum jadi sih." jawab hyun joong sekenanya.

“kalau sudah jadi, aku ingin dengar ya!”

minho tertawa satanis. "aku paham bagaimana situasinya, hyun joong hyung. kamu... dan key..."

"situasi apa?" tanya taemin bingung. bukannya menjawab, minho malah merangkul hyun joong dengan gaya sok akrab.

sambil melambaikan tangan dengan ekspresi setengah meledek, minho berkata, "gadis desa tidak mengerti hal seperti ini. ini bahasa tingkat tinggi."

"mwo? jadi kamu bilang aku ini bodoh?" taemin bersiap hendak meninju minho. "heh, asal kamu tahu saja ya. tidak ada yang lebih bodoh dari kodok bermain baseball." balasnya sengit.

"mwoyaa~? kamu bilang apa? nggak dengar..." balas minho sambil menutup kedua telinganya.

"tch. seharusnya kamu belajar dari hyun joong oppa. dia baik, keren, dan bisa bermain gitar. tidak sepertimu yang bodoh dan payah, kodok jelek!"

"ada yang sedang berbicarakah, hyunjoong hyung? kenapa aku tidak melihat wujudnya?" ujar minho lagi dengan ekspresi yang sumpah, membuat taemin begitu kesal.

"terserahlah! lakukan sesukamu!" taemin menghentakkan kakinya dengan kesal dan berlalu begitu saja mengabaikan minho.

selepas ia pergi, minho langsung menghadang hyun joong.

"hyung... tolong ajarkan aku bermain gitar. ya? ya?"

hyun joong melirik sekilas taemin yang sudah jauh pergi, lalu menghela napas. "dasar." katanya datar. alisnya berkerut. mungkin ia tak habis pikir mengapa minho perlu berbohong seperti itu, atau karena ia mengerti perasaan minho.

"please, hyung... dan, oh ya, hyung mau membuat lagu baru, kan? boleh aku bantu? aku sedikit-sedikit bisa lho membuat puisi. bahkan sepertinya itu adalah bakat terpendamku." cerocos minho sambil mengatupkan kedua tangannya. "please, hyung? katakan 'ya', hmm? hmm?"

"tsk. apa boleh buat."

minho ingin sekali melonjak-lonjak kegirangan, tapi ia urungkan niatnya itu. nanti dia malah terlihat seperti kodok betulan—atau mungkin jadi-jadian. dia tidak mau kalau taemin melihatnya dan semakin mengejeknya habis-habisan. persetan deh dengan semua itu. yang penting mulai sekarang minho akan melakukan training spesial dari kim hyun joong. (re: gratis).

"mencintai dan dicintai, tersenyum pada dia, ataupun bertengkar..." hyun joong bergumam pelan, "aku bahkan tidak bisa melakukan itu."

"apa? hyung mengatakan sesuatu?"

"tidak. bukan apa-apa."


sekali lagi, sendirian, aku kehilanganmu.

"kalau begitu, aku duluan, hyung. doakan semoga aku selamat. hahaha. sampai nanti!" minho menepuk bahu hyun joong dan segera berlari menuju lapangan. bergabung dengan anggota klub baseball lainnya untuk berlatih karena mereka akan menghadapi turnamen dua minggu lagi.

hyun joong tidak menjawab. ia menatap tanah tanpa berkedip. tiba-tiba saja, kenangan yang lalu ia ingat kembali...


"oppa, percaya tidak pada benang takdir yang tak terlihat?"

tapi suara itu kini terdengar menyakitkan.

—flashback.

musim hujan setahun yang lalu. hyun joong masih berada di tingkat 2 dan masih menjadi anggota aktif klub baseball. Pertama kalinya ia mengenal seorang junior baru dan cewek di klub baseball. kim key, ialah satu-satunya orang selain jinki yang menghargai lagu-lagu buatan hyun joong. pertama kalinya ada orang yang berkata;

"lagu yang indah. buatan oppa sendiri?" dan hyun joong mengangguk. "aku suka. kapan-kapan buatkan satu untukku, ya.."

ia sadar, saat itu, perlahan-lahan... ia mulai menyukainya...

selama ini tidak ada yang pernah mau menghargai karyanya. tidak ada yang suka kalau hyun joong bermain gitar. orangtua, teman-teman, guru... siapa pun. bahkan hyun joong sampai pernah dikeluarkan dari sekolahnya karena nilainya menurun drastis semenjak dia membeli gitar dengan uang tabungan hasil kerja part-timenya. hyun joong terlalu menyukai gitar. karena alasan tertentu, benda itu bisa sejenak mengusir kesepiannya.

seusai latihan baseball, kalau biasanya jinki hanya duduk diam di samping hyun joong sambil mendengarkannya berlatih gitar atau membuat satu-dua lagu, tidak begitu dengan key. ia terus duduk di depan hyun joong sambil menatapnya dengan mata yang terkagum-kagum.

meski jinki terlihat diam saja, dia peduli pada hyun joong. pernah suatu kali jinki melemparkan senyum pada hyun joong, yang bermakna; "jalan yang kamu pilih tidak salah, bukan?"

diam-diam, hyun joong mulai menyukai key. tapi sepertinya itu tidak berlaku pula bagi key. karena ketika hyun joong hendak menyatakan perasaannya, key terlebih dahulu menahan ucapan hyun joong.

"oppa, percaya tidak pada benang takdir yang tak terlihat?" tanya key tiba-tiba.

hyun joong gugup. "eh? be—benang takdir?"

"mmm," key mengangguk.

hyun joong menggelengkan kepalanya. "aku... tidak tahu tentang hal seperti itu."

key tersenyum. tangannya melepaskan satu pita yang terikat di rambutnya, maka tergerailah rambutnya yang panjang. pita berwarna merah muda itu ia berikan pada hyun joong.

"kalau begitu, mulai sekarang, simpan ini baik-baik. kelak, gadis yang menemukan pita inilah yang pantas untuk menerima hatimu."

hyun joong mengeratkan genggaman tangannya. "tapi..."

"bukan." potong key segera. "bukan aku orangnya, oppa.” lalu key tersenyum begitu manis. “tapi, gomawo..."

belum sampai di situ rasa sakit hyun joong. karena di hari berikutnya, hujan datang membawa kabar menyakitkan baginya...

seperti biasa, hyun joong mencari tempat menyendiri untuk mencari inspirasi membuat lagu. kali ini dia memilih tempat di belakang gedung sebelah utara. suasananya cukup bagus di temani rimbun pepohonan di sana. dan sepertinya cuaca mendung. tapi ia tidak peduli. meskipun nanti akan turun hujan, ia ingin tetap bermain gitar.

hyun joong duduk bersandar pada tembok di bawah jendela kelas. tapi saat hendak memulai permainannya, ia mendengar sesuatu dari dalam kelas.

"kim jonghyun... aku menyukaimu!"

hyun joong membelalakkan matanya. ia yakin benar bahwa itu adalah suara seseorang yang dikenalnya. seseorang... yang pernah singgah di hatinya. hingga saat ini.

terdengar jeda dan sunyi beberapa saat.

"...kamu tampan, kuat, juga baik hati. aku... kim key—menyukaimu!"

tak usah ditanyakan bagaimana remuknya hati hyun joong saat ini.

"...maaf... key... tapi, aku suka orang lain. dan itu... bukan kamu."


hujan rintik-rintik mulai turun membasahi bumi. setelah itu, tidak terdengar lagi suara key dan jonghyun. hyun joong hanya tinggal seorang diri. ditemani hujan yang turun semakin deras.


aku menahan luka di setiap hari yang berlalu. sendiri, dan sekali lagi, menangis untukmu.

pita berwarna merah muda itu ia genggam erat-erat.

flashback end.


hyun joong merogoh sakunya dan mengeluarkan pita berwarna merah muda. pita yang selalu dibawanya kemana saja ia pergi. ia menatap pita itu sejenak. kemudian tanpa berkata apa-apa lagi, ia berjalan menuju tempat pembakaran sampah yang berada tepat di belakang toilet. ia membuang pita itu ke dalam api yang sedang menyala-nyala.

"mianhae... tapi aku tak mau, kalau itu bukan kamu." bisiknya lirih. ia merasa telah menjadi orang yang bodoh. tidak menuruti perkataan seseorang yang dicintainya. tapi inilah jalan yang dipilihnya. bukankah, jinki pernah berkata, kalau jalan yang dipilihnya tidak salah? hyun joong ingin mempercayainya. sekali lagi. hanya sekali lagi saja.

"hohohoho... wahai bocah muda yang di sana!"

hyun joong berbalik mencari arah datangnya suara. seorang kakek-kakek tua berdiri tepat di depannya sana. membawa sapu ijuk besar yang digunakan untuk tonggak ia berdiri.

"kakek tua ini mengerti jika kamu sedang g-a-l-a-u!" katanya dengan suara beratnya lalu kembali tertawa. renyah dan tak tampak rasa sakit di sana. hyun joong mendekati kakek tua itu. beliau adalah kakek penjaga sekolah yang bertanggung jawab dalam hal kebersihan di lingkungan sekolah ini. kakek tua lucu yang tidak sembarang murid bisa bertemu dengannya. kabar miring yang beredar bahwa beliau adalah jin yang misterius. tapi sumpah, hyun joong tidak mempercayai semua omong kosong itu.

"bagaimana... kakek bisa tahu?" hyun joong memasang wajah penasarannya.

kakek itu mengelus janggut putihnya yang panjang sambil tertawa lagi. "itu memang sudah menjadi warna di masa muda. kakek yang sudah lebih dari setengah abad hidup ini tentu saja mengerti. hanya dengan melihat punggungmu yang kesepian itu, pastilah terjadi sesuatu yang menyedihkan."

"whoah, kakek benar!" hyun joong tersenyum lebar sambil bertepuk tangan. "jadi, apa kakek tahu obat untuk kesepianku apa?"

sang kakek duduk di tembok bangku panjang yang terdapat di belakangnya. pelan-pelan hingga tulang punggungnya tidak begitu terasa sakit. hyun joong yang sedang ingin mendapatkan petuah, berlutut di depan kakek. matanya memancar lembut dan penuh perhatian pada sang kakek.

"hah..." sang kakek menghela napas. "sebenarnya, obatnya terdapat pada dirimu sendiri, nak. apa kamu menyadarinya?"

hyun joong menggeleng dengan polosnya.

"...seperti yang kamu rasakan, rasa sakit dan kesepian itu tak ada ujungnya. jika kamu memilih untuk terus berbohong pada dirimu—pada hatimu, artinya selamanya kamu menyiksa dirimu sendiri, dan kamu tidak boleh seperti itu. karena Tuhan tidak suka pada mereka yang menyiksa dirinya sendiri..." kata kakek itu lagi dengan suaranya yang rendah, pelan dan mendalam bagi hyun joong, "terkadang, memang hal yang paling kamu inginkan adalah hal yang paling tidak bisa kamu dapatkan. dan saat kamu menyadarinya, apakah seseorang yang kamu cintai ada disampingmu untuk mengulurkan tangannya padamu? apakah ia ada untuk membantumu melalui kesakitan dan keterpurukan?"

sekali lagi hyun joong menggeleng. lalu ia menunduk, dalam hati mengakui kebenaran perkataan sang kakek.

"...maka, bukan dialah orangnya."

saat itu angin berhembus lebih kencang, membuat dedaunan bergemerisik bersahut-sahutan, lalu beberapa daun rontok dari rantingnya. ujung api yang sedang menyala bergerak mengikuti arah angin. didalamnya pita itu telah terbakar hangus, sudah menjadi abu.

"obatnya adalah untuk merelakan, membuang benci dan ikatan, dan selalu mengatakan berulang kali bahwa dirimu akan bahagia saat ia tersenyum... seberapa banyak ia mengkhianatimu, seberapa banyak ia membuat hatimu sakit, itu semua hanya akan mengusikmu sementara seperti sebuah daun yang tiba-tiba jatuh dan menyentuhmu—jika kamu telah melakukan penyembuhan untuk dirimu sendiri, tentunya. karena, kamu harus menjadi lebih kuat."

satu hal lagi yang kusadari,

jika itu untukmu, aku tak keberatan jika harus terkunci di jaring keabadian.



bersambung.

0 komentar:

Posting Komentar

[ Vistory ]

Halaman

Pages

Cari Blog Ini

Jumlah Pengunjung

 

SAN3R Copyright © 2011 Design by Ipietoon Blogger Template | web hosting