Kamis, 26 Februari 2015

Endless Tears 5 : Jangan Pergi.

Diposting oleh Viriza Rara di 15.21
Genre : tragedy, happy ending ^^ 

——
Awalnya hyun joong berencana untuk menjenguk Minho. Dia baru ingat kalau jam besuk sudah habis. Rumah Sakit sudah tertutup dan aktivitas di sana sudah tidak terlihat begitu ramai. Saat dia tidak tahu mau ke mana, tiba-tiba ponselnya berdering.

“halo? Oh… Jonghyun. Ada apa?” sapa hyun joong begitu mengangkat telepon masuk.

“’ada apa’ kepalamu! Yang benar itu, ‘selamat natal’, tahu!” balas jonghyun sengit. Hyun joong terkekeh.

“baik, baik. Selamat natal, jonghyunnie.” Kata hyun joong dan sukses membuat jonghyun bergidik mendengar nama panggilannya yang terlalu sadis itu.

“selamat natal juga, joong. Aku yakin kamu pasti free, kan? Ayo kita buat natal yang meriah bersama!”

Hyun joong berdecak. Yah, betul memang kalau dia selalu free di hari-hari besar yang seharusnya dirayakan begini. Tragis memang. Tapi dia sudah tidak bisa bertemu keluarganya lagi. Karena dia memang kabur dan tidak mau menuruti segala aturan yang menjemukan. Tapi kali ini… dia merasa sepi. Dia kangen senyuman hangat ibunya. Kangen suara berat dan berwibawa ayahnya. Apa dia sudah tidak bisa bertemu mereka lagi? Kabar mereka pun hyun joong tidak tahu. Mereka kini terpisah jauh dari hyun joong yang kabur dengan nekadnya ke seoul.

“…halo? Kamu dengar aku, joong?” suara jonghyun itu segera menyadarkan hyun joong dari lamunannya tentang ayah dan ibunya.

“eh…. Iya. Kamu bilang apa tadi?”

“aku punya rencana. Aku akan membawa banyak minuman dari café keluargaku. Lalu kamu siapkan cemilannya. Dan kita ajak key, jinki dan taemin untuk merayakannya di apartemenmu. Gimana? Oke! Akan segera kuhubungi yang lainnya. Bersiaplah! Daagh!”

“eh… tunggu! Jong—!”

Tuut…tuuutt…

“tch. Dasar!”

Hyun joong tidak bisa mengelak. Jadi, dia banting setir untuk segera ke minimarket saja. Belum berapa jauh dari rumah sakit, dia seperti melihat seseorang yang dia kenal berjalan di pinggiran trotoar. Hyun joong berjalan melambat dan menurunkan kaca mobilnya.

“taemin-ah? Sedang apa di sini malam-malam?”

Sosok itu berhenti dan menoleh. Seulas senyuman tersungging di bibirnya. “oppa! Aku Cuma jalan-jalan saja kok.”

“oh. Kalau begitu, naiklah. Udara begitu dingin. Kita rayakan natal ini sama-sama, yuk. Tapi jangan lupa untuk memberitahu orang tuamu terlebih dulu.”

Taemin terdiam, tidak segera menjawab. Dia sedang berpikir untuk mengikuti ajakan hyun joong, atau meneruskan rencana awalnya untuk pergi ke rumah, istirahat sebentar lalu bangun pagi sebelum fajar dan pergi menjenguk minho. Dia ingin saat minho membuka mata, dialah orang pertama yang dilihatnya di hari pertama setelah pergantian tahun. Memikirkannya saja sudah membuat taemin tersenyum-senyum sendiri.

“tak kusangka kamu begitu antusias sampai sudah membayangkan pesta kita nanti.” Ucap hyun joong dan dengan gerakan cepat membukakan pintu untuk taemin lalu menuntunnya masuk.

“eh… oppa…aku—tidak… um…” taemin terbata-bata. Dia bingung bagaimana caranya untuk menolak ajakan hyun joong.

“Ya?” hyun joong dengan sabar menunggu taemin berkata. Dia menatap lembut taemin yang terlihat lucu saat gugup. “katakan saja kalau kamu perlu sesuatu. Akan kubantu.”

Melihat hyun joong yang berseri tanpa dosa, Taemin menghela napas. Dia menyerah. “aku pinjam ponsel oppa untuk memberitahu umma dan appa. Ponselku jatuh ke sungai.”

——

“LAMA!” sembur key begitu hyun joong dan temin sampai di depan kamar apartemennya, ruang 301. Hyun joong Cuma bisa nyengir lebar sambil menunjukkan sekantung keresek besar cemilan yang baru dia beli dari minimarket. Juga taemin yang menenteng satu keresek lainnya.

“maaf, maaf… tadi kami terjebak antrian yang panjang.” Jawab hyun joong sambil membuka kunci pintu apartemennya dengan kombinasi password.

“key… sekarang kan kami sudah di sini. Jangan marah yaa…” hibur taemin yang sepertinya tidak berhasil. Jonghyun Cuma senyum-senyum saja melihatnya.

“HUH! Alasan. Kami disini sudah nunggu 35 menit, tahu!” cecar key sambil memanyunkan bibirnya kesal. Hyun joong terkekeh.

“iya, iya, maaf… aku menyesal. Ayo masuk. Kita segera mulai pestanya.” Hyun joong meletakkan sepatunya di rak sepatu. Lalu dia seperti teringat sesuatu. “oh ya. tapi… jangan terlalu ramai, ya.”

“kenapa?” Tanya taemin dan key berbarengan, lalu mereka saling pandang dan tertawa. Sadar kalau mereka mengatakan sesuatu yang sama berbarengan.

Hyun joong memandang mereka bergantian, berpikir bagaimana sebaiknya dia menjawab. Ada seseorang yang sakit di apartemennya. lalu ia menarik kesimpulan dan berkata, “baiklah. Sini, ayo masuk dulu. Akan kutunjukkan sesuatu.”

Key, taemin dan jonghyun menurut sambil bertanya-tanya. Mereka meletakkan barang bawaan di sofa dan meja, lalu mengikuti hyun joong ke kamarnya. Mereka bertiga menunjukkan reaksi yang sama, saat melihat jinki tertidur di kasur dengan selimut tebal serta pengompres yang ada di dahinya; kaget.

­­“oppa?” kaget taemin. dia baru ingat kalau sejak tadi pagi dia bertengkar dengan jinki, dia belum bertemu namja itu lagi. Masih tadi pagi dan ini belum pergantian hari. Banyak hal yang terjadi sampai sampai dia telah melupakan keberadaan namja itu. Entah kenapa rasanya dia luluh melihat jinki tertidur seperti itu. “oppa, jinki sakit apa? Kenapa ada pengompres di kepalanya? Apa dia demam?” Tanya taemin, menoleh pada hyun joong.

Tanpa sadar, semua menahan napas melihat reaksi taemin yang tidak seperti biasa. Kalau biasanya taemin akan acuh atau bertengkar dengan jinki, kali ini lain. Dia memandang jinki dengan lembut.
­
Hyun joong berdeham untuk mencairkan suasana. “ehm… iya. Sepertinya begitu.” Katanya. Tapi sedetik kemudian dia salah tingkah dan melesat menghilang di balik pintu. “aku menyiapkan minum dulu.”
­­
Key mendekati jinki, memeriksa suhu badan jinki di pipinya, lalu menggenggam tangannya lembut. “oppa, semoga cepat sembuh ya. Lalu ikutlah pesta dengan kami.”

“kamu harus sembuh.” Kata jonghyun singkat. Dengan begitu mereka keluar dari kamar itu. Taemin yang paling terakhir keluar, setelah dia mencium kening jinki singkat dan berbisik pelan, “mianhae… oppa”


6…5…4…3…2….1!!

“selamat natal~!!”
“selamat tahun baru~!!”
Preeeeet!! Bunyi terompet yang hyun joong tiup, disusul jonghyun dan key. Taemin kebagian menebarkan perfetti. Mereka merayakannya di balkon kamar yang tidak terlalu sempit, tapi cukup untuk mereka berempat. Semua memakai topi berbentuk kerucut berwarna-warni dan terlihat sangat bersemangat menyambut datangnya hari itu.

Di saat bersenang-senang seperti itu, Taemin tidak bisa berhenti berpikir andai saja saat ini minho disampingnya. Andai mereka merayakan hari ini bersama-sama. Membayangkannya saja dada taemin sudah berdebar kencang. Dia beralih memandangi orang-orang di bawah sana. Beberapa ada yang berpasangan. Saling bergandengan tangan. Ada juga yang, ehem… ciuman. Semuanya romantis. Membuatnya jadi iri saja.

Jonghyun menyadari raut wajah taemin yang berubah menjadi sedih. Dia menyudahi bercengkrama dengan hyun joong dan key. Lalu mendekati taemin, bermaksud untuk menghiburnya. Mungkin perasaannya pada taemin memang tidak akan pernah sampai. Mungkin dia memang tidak bisa menggantikan posisi minho dihatinya. Tapi cuma ini yang bisa dia lakukan agar bisa melihat senyum taemin, malaikat kecilnya.

Jadi, jonghyun mengambil hidung dan janggut sinterklasnya dan mulai beraksi. ^^


Jam menunjukkan pukul tiga pagi. Semua sudah tertidur karena kelelahan. Bungkus snack ringan bertebaran di sana-sini, sebotol soju yang jonghyun dan hyun joong minum, terlihat berantakan sekali. Key tertidur di sofa, sedangkan hyun joong dan jonghyun di karpet.

Jika kamu bertanya taemin dimana, dia ada di kamar. Dia tidak bisa tidur sembarangan, dia tidak terbiasa seperti itu. Jadi dia istirahat di kamar—satu-satunya kamar yaitu tempat jinki tertidur.

Dia duduk di samping tempat tidur. Memegang tangan jinki lembut. Menatap mata yang tertidur itu dengan rasa khawatir. Jinki terlihat tenang-tenang saja. Seperti pangeran yang tengah tertidur.

Berbagai pikiran berkecamuk di benak taemin. Dia yang selama ini selalu salah. Mudah tersinggung atas perlakuan jinki. Rupanya hatinya dipenuhi kebencian. Sudah berapa kali sikapnya itu menyakiti jinki?
Dia menyesal. Begitu sesal hingga dadanya sesak. Tapi dia tidak menangis.

“oppa, mianhae. Jeongmal… mianhaeyo.” Katanya pelan. Nafasnya berat. “buat semua kebaikan oppa, gomawo… tapi… taemin nggak bisa memaksakan hati. Kita hentikan sampai di sini saja, ne? umma dan appa pasti mau mengerti.”

Taemin mengambil pengompres di dahi jinki, memeriksa suhu badannya. Sudah turun. Dia tidak perlu terlalu khawatir lagi untuk pergi sekarang. Lalu dengan tanpa ragu dia melangkah pergi.


Ringtone ponsel hyun joong berdering. Si pemilik melenguh karena tidurnya terusik. Ini masih pukul lima lewat empat puluh menit. Dengan mata setengah terbuka dia meraih hp nya di meja.

“yeoboseyo?” katanya berat.

Lama tidak ada jawaban. Hyun joong mengerutkan kening. Dia menatap layar ponselnya. Panggilannya tersambung, tapi kenapa tidak ada jawaban?

Saat dia mendekatkan ponselnya ke telinga, terdengar samar-samar suara tangisan.

Mendengarkan lamat-lamat kalimat yang terucap, jantung hyun joong serasa berhenti berdetak. Matanya terbuka lebar saking kagetnya. Tubuhnya seakan menjadi beku.

Matanya menelusuri keadaan apartemennya. Jonghyun… key… lalu… dimana taemin? Dia tidak ada di kamar. Tidak ada di dapur. Tidak ada di manapun.

Sesegera mungkin dia membangunkan jonghyun dan key.

“palli, ireona!” gusarnya. Belum sempat membasuh muka, dia segera mengenakan mantel tebalnya dan mengambil kunci mobil.

Key mengucek matanya dengan malas. “ada apa, oppa? Aku masih ngantuk…”

Jonghyun tidak berkata apa-apa karena dia masih setengah sadar dan sedikit mabuk.

“nggak ada waktu, kita harus cepat.” Jawab hyun joong singkat.


Pukul enam tepat mereka sampai di tujuan. Rumah sakit. Masih terlalu pagi sebab matahari masih malu menunjukkan sinarnya. Ditambah dengan cuaca yang begitu dingin sebab salju, siapa pun pasti enggan keluar rumah.

Taemin dan jonghyun tidak banyak Tanya, hanya mengikuti langkah hyun joong yang tampak begitu gusar. Langkah tergesa mereka bergema memenuhi koridor yang masih sepi.

Seorang wanita paruh baya berdiri dari duduknya begitu mereka datang. Matanya terlihat sembap habis menangis. Key menangkap perasaan tidak enak dari raut wajahnya.

“ahjumma… gwenchana?” Tanya key khawatir. Dia menenangkan wanita itu yang gemetaran. Isak tangisnya pecah lagi.

Hyun joong dan jonghyun masuk ke kamar rawat. Rupanya taemin sudah ada di sana. Berdiri diam, mematung melihat tubuh minho yang terbujur kaku diselimuti kain putih. Hyun joong menatap keduanya simpatik. Tak ada yang bisa dilakukannya untuk menolong mereka berdua. Ini semua sudah takdir Tuhan. Mutlak dan tidak bisa digugat.

“taemin… kuatkan dirimu!” jonghyun mencengkeram bahu taemin yang kaku. Rupanya dia gemetaran hebat. Jonghyun tak tega melihatnya yang begitu terpukul.

“ini… bohong.” Ucap taemin lirih. Matanya jauh menerawang dengan kesedihan yang amat dalam.

Jonghyun beralih pada minho. Dengan emosi dia menyibak kain putih yang menutupi seluruh tubuh minho. Dia hendak memukul minho dengan seluruh amarahnya. Tapi hyun joong segera menahannya.

“JANGAN BERCANDA! BANGUN KAMU, CHOI MINHO! BANGUN! BUKANKAH KEMARIN KAMU BANGUN SETELAH SEKIAN LAMA? JANGAN MAIN-MAIN!” sembur jonghyun marah. Urat-urat kemarahan terlihat jelas di mukanya yang memerah.

“jong, sadarlah! Jangan memperburuk suasana!” peringat hyun joong yang akalnya masih bekerja di saat genting ini. Tapi jonghyun terus memberontak.

“jonghyun, hentikan!” teriak key membantu hyun joong menahan ledakan amarah jonghyun. Menariknya jauh dari minho.

“APA-APAAN INI?! JANGAN JADI PENGECUT, MINHO! BANGUN!!”

DUAGH!

Key menendang jonghyun hingga terpental. Semua kaget melihatnya. Begitu pula key. Dia reflex melakukannya karena jonghyun yang terus gaduh di suasana gila seperti itu.

Dia segera menghampiri jonghyun yang terduduk karena shock.

“jonghyun… maaf. Aku… tidak bermaksud…”

Setitik air mata jatuh ke lantai. Jonghyun menangis.

“kalau minho pergi, bukan hanya dia yang terluka…” katanya lirih. “taemin juga. Dan aku tidak mau melihat taemin sedih. Bukan hanya dia yang luka. Rantai rasa sakit terus berputar menjerat orang-orang terdekatnya. Ini salah. Bukan ini yang harusnya terjadi.” Dia meninju lantai dengan putus asa.

Selanjutnya, key menangis di pelukan hyun joong yang berusaha menenangkannya. Tidak ada yang tidak hancur dengan kepergian minho.

“minho sangat beruntung memiliki teman-teman yang peduli padanya, terimakasih.” Kata wanita paruh baya itu—umma minho dengan bergetar. Dia memaksakan senyum disela tangisnya. Jonghyun bangkit untuk memeluk taemin yang tak bergeming.

Di pergantian tahun itu, di luar sana salju menderas dengan angkuhnya.



To be continued

0 komentar:

Posting Komentar

[ Vistory ]

Halaman

Pages

Cari Blog Ini

Jumlah Pengunjung

 

SAN3R Copyright © 2011 Design by Ipietoon Blogger Template | web hosting